Banda Aceh: Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh mulai melakukan langkah-langkah
antisipasi guna mencegah penjualan gabah dari daerah itu keluar Aceh, sehingga
tidak terjadi krisis pangan di masa mendatang.
"Saat ini, kita sudah menyiapkan beberapa langkah antisipasi, seperti
memberikan dana talangan melalui Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) kepada
pengusaha kilang padi guna membeli gabah petani, serta mendirikan pabrik
penggilingan padi modern," kata Asisten II Setdaprov Aceh, Ir T Said
Mustafa, kepada wartawan usai rapat ketahanan pangan di Kantor Gubernur Aceh,
Senin (31/1).
Hadir dalam kesempatan tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Ir
Asrin, MP, Kepala Divre Perum Bulog Aceh, Ir Fakhriani, Kepala Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Aceh, Salman Ishak, Kadisperindagkop dan UKM,
Cipta Hunai, dan Kepala Biro Perekonomian Setdaprov Aceh, T Sofyan.
Ia mengakui kalau Aceh punya potensi hasil padi yang cukup menjanjikan. Bahkan
dirinya tidak membantah kalau Aceh salah satu daerah yang kelebihan produksi
gabah. Tetapi semua itu hanya ada pada angka saja dan berbeda dengan kondisi
yang ada, karena gabah Aceh banyak dijual ke luar daerah.
Tahun 2010 Aceh kelebihan produksi (surplus) beras sebesar 291.426 ton. Ini
meningkat bila dibandingkan tahun 2009 yang hanya 268.793 ton. Akan tetapi,
surplus yang terjadi itu ternyata jauh lebih kecil dari jumlah gabah yang
mengalir ke luar daerah yang diperkirakan 976.527 ton atau 586.855 ton bila
dikonversi dalam bentuk beras.
Total produksi padi di Aceh tahun lalu mencapai 1,62 juta ton atau setara
915.060 ton beras. Ini meningkat dari tahun 2009 yang berjumlah 1,56 juta ton
(875.317 ton beras). Dengan pencapaian produksi yang sedemikian, Aceh telah
memberi kontribusi 2,47 persen dari total produksi beras nasional.
Dengan jumlah penduduk Aceh 4,48 juta jiwa dan dengan rata-rata kebutuhan
sebanyak 623.634 ton per tahun, maka perhitungan BPS, telah terjadi surplus
beras 291.426 ton.
Menurutnya, pemberian dana talangan kepada pengusaha kilang padi di Aceh agar
mereka lebih berkemampuan untuk menampung gabah petani. "Kalau kita tidak
tampung gabah petani dengan harga wajar, mana mungkin petani mau menjual kepada
kita. Maka untuk itu kita beri dana talangan kepada pengusaha kilang padi guna
menampung gabah itu dan kemudian digiling menjadi beras lalu dipasarkan ke
masyarakat," ujarnya.
Bangun Irigasi
Sedangkan program untuk jangka panjang dalam mengatasi krisis pangan tersebut,
akan segera membangun sejumlah irigasi teknis di daerah yang memiliki areal
sawah produktif tetapi masih tadah hujan. Termasuk membuka lahan persawahan
baru di sejumlah daerah yang memiliki daratan dan sumber air cukup.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Aceh, Drs Salman Ishak mengatakan, pemberian dana
talangan melalui program pinjaman lunak Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP),
kini sedang menunggu perintah Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, apakah perlu atau
tidak diusul alokasi anggaran baru untuk dana talangan pembelian gabah petani
dalam RAPBA 2011.
"Namun,dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) RAPBA 2011 usulan
anggaran untuk dana talangan itu belum ada. Kita sedang evaluasi,"
katanya.
Disebutkan, total dana LUEP yang disalurkan Pemerintah Aceh kepada penerima
sejak tahun 2003-2009 mencapai Rp33,4 miliar. Dari jumlah yang disalurkan itu,
baru dikembalikan sekitar Rp20 miliar ditambah pengembalian denda Rp320 juta.
Ini artinya, masih ada lagi tunggakan sekitar Rp13 miliar di tangan 31
penerimanya, dari total penerima 153 orang.
Upaya penagihan tunggakan dana dana LUEP itu, katanya, telah dilakukan. Selain
itu, ada yang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)
untuk penyelesaiannya. Sampai akhir Desember 2010, memang ada pengembalian
sebesar Rp820,3 juta.
Menurut Salman, ide Gubernur Irwandi Yusuf menyediakan dana talangan untuk
membeli gabah petani pada saat panen raya agar gabah yang terjual ke luar Aceh
tidak terlalu banyak seperti terjadi dalam dua tahun terakhir sangatlah logis.
Tapi, berdasarkan pengalaman tujuh tahun lalu, program seperti ini macet.
Penyebabnya, puluhan kilang padi menunggak pengembalian dana talangan ke kas
daerah yang pernah mereka terima dengan bunga rendah. Ujung-ujungnya, program
ini terhenti total sejak dua tahun lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar