Selasa, 28 Februari 2012

Aceh Tetap Ingin Jadi Lumbung Beras Nasional


Pertanian merupakan salah satu sektor andalan di Provinsi Aceh, sehingga daerah tersebut sebagai salah satu lumbung beras nasional. Provinsi Aceh dari tahun ke tahun selalu mengalami surplus padi. 


Pada 2009, Pemprov Aceh akan terus tetap menjadi lumbung beras nasional dalam rangka mendukung swasembada pangan nasional. 

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Aceh, Asrin MP menyatakan, untuk mendukung program tersebut pihaknya telah melakukan berbagai langkah baik ekstensifikasi maupun intensifikasi lahan serta bantuan kepada petani berupa sarana produksi. 

Produksi padi di Aceh dalam dua tahun terakhir, yakni 2006 dan 2007 mengalami kenaikkan, yakni dari 1,342 juta ton menjadi 1,519 juta ton. 

Namun, produksi 2008 mengalami penurunan 9,94 persen menjadi 1,386 juta ton dengan luas areal sawah 326,5 ribu hektare. 

Menurut Asrin, penurunan tersebut akibat perubahan iklim, sehingga terjadi pergeseran musim tanam, disamping adanya kerusakan irigasi. 

Namun, dengan turunnya produksi tersebut, Aceh tetap surplus, sehingga bisa menjadi cadangan pangan nasional, katanya. 

Padi Unggul 

Asrin menyatakan, untuk meningkatkan produktivitas padi, pihaknya bekerjasama dengan Balai Pengembangan Teknologi Pertanian dengan terus menggunakan bibit unggul. 

Pengembangan bibit unggul hibrida telah diuji coba di beberapa kabupaten di Aceh dan hasilnya cukup menggembirakan, yakni mencapai 8-12 ton/ha gabah kering giling (GKG), sedangkan biasanya hanya 5 ton/ha. 
Selain itu, akan dilakukan perluasan areal sawah pada tahun melalui "crash program" dari pemerintah pusat. Pada tahun 2008 Aceh mendapat jatah pengembangan tanaman padi seluas 74.320 ha. 

Pengembangan padi yang sumber dananya dari APBN murni dan bantuan langsung benih unggul (BLBU) itu tersebar di 20 kabupaten/kota di Aceh. 

Jadi, pengembangan tanaman padi itu, benih padi, baik non hibrida maupun hibrida, diberikan secara cuma-cuma, termasuk sarana produksi lainnya, seperti pupuk dan pestisida. Petani yang mendapat bantuan benih dan saprodi adalah mereka yang memiliki lahan. 

Asrin menyatakan, dengan adanya program tersebut telah memotivasi petani untuk memanfaatkan lahan yang selama ini ditelantarkan. 

Selanjutnya, di Kabupaten Aceh Barat Daya kini telah menerapkan teknologi "adu carong" (Acong) yang meningkatkan produktivitas padi rata-rata 11,8 ton/ha GKG. 

Asrin menyatakan, para petani yang tergabung dalam kelompok tani "Acong" sangat mensyukuri atas tingginya hasil peroduksi itu, karena hasil panen meningkat hampir tiga kali lipat dengan teknologi sederhana 

Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh Barat Daya, Zainuddin SP menjelaskan, pengembangan padi Acong yang digagas Bupati Akmal Ibrahim tahun 2007 diprogramkan seluas 60 hektar sebagai percontohan yang tersebar dalam sembilan kecamatan. 

Dari areal yang sudah dipenen, menurut Zanuddin, areal padi Acong Desa Paya dan Seuneulop Kecamatan Manggeng merupakan produksi tertinggi rata rata 11,8 ton/ha. 

Pengembangan tanaman padi Acong yang dilancarkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura sebagai sektor terdepan merupakan upaya Pemerintah setempat memaksimalkan produksi padi sehingga menambah penghasilan petani sekaligus sebagai salah satu upaya memberantas kemiskinan. 

Dalam pelaksanaan di lapangan kelompok tani yang menerapkan teknologi Acong dibimbing langsung oleh petugas PPL dan Mantri Tani kecamatan. 

"Kita harapkan dengan teknologi padi unggul dan "Acong" produsi padi di Aceh bisa meningkat tiga kali lipat," katanya. 

Penyuluh Pertanian

Peran penyluh pertanian sangat besar dalam upaya meningkatkan produktifitas tanaman padi di Aceh, kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Aceh, Silman Hamidi. 

Ia menilai, produktivitas lahan sawah di Aceh hingga kini masih sangat rendah, hanya menghasilkan 4,2 ton/ha, padahal, jika penanaman padi dapat dilakukan secara intensif, produksi gabah bisa mencapai 10-12 ton/ha. 

Di daerah lain, seperti di pulau Jawa, produktivitas padi telah mencapai 10-12 ton/ha. Hal itu terjadi selain karena penanaman padi dilakukan dua kali setahun, juga pemeliharaan tanaman dilakukan secara intensif, katanya. 

Karena itu, tambah Silman, para penyuluh pertanian perlu bekerja lebih giat lagi untuk mengajak petani meningkatkan produksi padi. 

Saat ini Aceh memiliki 2.647 orang PPL (penyuluh pertanian lapangan). Kalau semuanya bisa bekerja maksimal, maka produksi padi Aceh akan dapat ditingkatkan lagi setara dengan daerah lain yang mencapai 12 ton/ha. 

Menurut Silman, rata-rata di Aceh, kecuali di Pidie dan Pidie Jaya, penanaman padi di areal sawah hanya dilakukan sekali dalam setahun. Jika bisa ditanam dua kali setahun, produksi padi akan lebih banyak lagi. 

Ia menambahkan, sejak 2002 setiap tahun seluas 300-500 ha lahan sawah produktif di Aceh telah beralih fungsi menjadi lokasi pendirian bangunan rumah, pertokoan, maupun industri, akibatnya produksi padi Aceh berpontensi turun 1.260 sampai 2.100 ton per tahun. 

Kalau tidak dilakukan upaya perluasan areal tanam, maka penurunan jumlah produksi itu akan berdampak terhadap ketersediaan pangan di Aceh, kata Silman. 

Tetapi, tambahnya, karena setiap tahun dilakukan perluasan areal tanam, maka potensi kehilangan produksi padi tersebut dapat ditekan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar