Bantaeng,
Kabupaten Bantaeng bila diberi kepercayaan Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan, kini siap menjadi pemasok bibit tanaman padi.
Hingga kini, daerah berjarak 120 kilometer arah selatan Kota Makassar ini sudah
menyiapkan 20 varietas unggulan. "Kita bahkan bisa memproduksi bibit yang
dapat disesuaikan kondisi iklim dan struktur tanah setiap daerah,"
kata Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Daerah (Musrembang) tingkat Kabupaten, kemarin.
Musrembang yang dihadiri Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Sulsel Ir Arifin, mantan
Ketua DPRD Bantaeng yang juga anggota DPRD Sulsel Sugiarti Mangunkarim, Ketua
DPRD Bantaeng Novrita Langgara, para pimpinan dewan lainnya, dan unsur Muspida,
kali ini dilakukan di gedung DPRD Kabupaten Bantaeng.
Menurut Bupati, sektor pertanian daerah kini menyiapkan varietas unggulan
setelah bibit gratis yang diberikan pemerintah kepada petani dihentikan.
"Kita sudah mengganti bibit tidak berkualitas tersebut dengan bibit unggul
yang kini kita kembangkan sendiri. Varietas terbaru yang kini dikembangkan
adalah Inpari-6 yang memiliki rasa lebih baik dibanding beras lainnya,"
ujarnya.
Sebelumnya, Bantaeng telah mengembangkan beras Basmati yang bibitnya
didatangkan dari India. Jenis beras tersebut dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan pasar Timur Tengah.
Demikian pula dengan pengembangan bibit Taiken Japonica dari Jepang yang
dimaksudkan untuk memenuhi pasar beras di negara Matahari Terbit tersebut.
"Karena itu, bila kita diberi kesempatan menjadi pemasok kebutuhan bibit
di Sulsel, kita sudah siap, termasuk kebutuhan beras hibrida," ucapnya.
Menurut Bupati, penyediaan berbagai varietas sangat diperlukan agar petani
tidak dirugikan. "Jangan sampai petani pesisir diberi bibit untuk areal
pegunungan. Demikian pula sebaliknya. Kan merugikan," katanya lagi seraya
mengemukakan ancaman perubahan iklim yang mengkhawatirkan terjadinya kelangkaan
pangan.
Ancaman perubahan iklim tersebut harus bisa dijawab dengan penyediaan bibit
yang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. "Kita belum bisa
memastikan, apakah tahun depan, curah hujan masih tetap tinggi atau terjadi
sebaliknya akan terjadi kemarau panjang. Karena itulah, kita harus bisa
menghadirkan bibit yang sesuai dengan kondisi perkembangan alam tersebut,"
ujarnya.
Salah satu bibit unggulan yang sedang dipersiapkan untuk menjawab tantangan
alam adalah dengan padi gogo. Varietas ini dinilai mampu menjawab wilayah
pertanian marginal (sering kekurangan air).
Hebatnya lagi, varietas ini dapat dilakukan secara tumpang sari dengan tanaman
lainnya. Karena itulah, ia berharap kepada semua pihak agar memberi perhatian
penting terhadap pengembangan berbagai varietas tersebut untuk memantapkan
daerah berjuluk Butta Toa ini menjadi Kabupaten Benih Berbasis Teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar