Jumat, 02 Maret 2012

PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS SISTEM PERTANIAN ORGANIK


Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997).

"Organic agriculture is a holistic production management system which promotes and enhances agro-ecosystem health, including biodiversity, biological cycles and soil biological activity. It emphasises the use of management practices in preference to the use of off-farm inputs (...) This is accomplished by using, where possible, agronomic, biological, and mechanical methods, as opposed to using synthetic materials, to fulfil any specific function within the system."

(FAO/WHO Codex Alimentarius Commission, 1999). Pertanian organic merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpangsari (intercropping), penggunaan mulsa, penanganan tanaman dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah.

The International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk: (1) menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai, (2) membudidayakan tanaman secara alami, (3) mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian, (4) memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang, (5) menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian, (6) memelihara keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya, dan (7) mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem usaha tani.

KONSEP USAHA TANI ORGANIK
Keberhasilan pembangunan pertanian selama ini telah memberikan dukungan yang sangat tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia, namun demikian disadari bahwa dibalik keberhasilan tersebut terdapat kelemahankelemahan yang perlu diperbaiki. Produksi yang tinggi yang telah dicapai banyak didukung oleh teknologi yang memerlukan input (masukan) bahan-bahan anorganik yang tinggi terutama bahan kimia pertanian seperti pupuk urea, TSP/SP-36, KCl, pestisida, herbisida, dan produk-produk kimia lainnya yang berbahaya bagi kesehatan dengan dosis yang tinggi secara terus-menerus, terbukti menimbulkan banyak pencemaran yang dapat menyumbang degradasi fungsi lingkungan dan perusakan sumberdaya alam, serta penurunan daya dukung lingkungan.

Adanya kesadaran akan akibat yang ditimbulkan dampak tersebut, perhatian masyarakat dunia perlahan mulai bergeser ke pertanian yang berwawasan lingkungan. Dewasa ini masyarakat sangat peduli terhadap alam dan kesehatan, maka muncullah teknologi alternatif lain, yang dikenal dengan “pertanian organik”, “usaha tani organik”, “pertanian alami”, atau “pertanian berkelanjutan masukan rendah”. Pengertian tersebut pada dasarnya mempunyai prinsip dan tujuan yang sama, yaitu untuk melukiskan sistem pertanian yang bergantung pada produk-produk
organik dan alami, serta secara total tidak termasuk penggunaan bahan-bahan sintetik.

BEBERAPA PENDEKATAN KEGIATAN YANG MENUNJANG PERTANIAN BERKELANJUTAN
Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk mengendalikan hama yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan; biaya, kesehatan dan resiko-resiko lingkungan. Adapun caranya dapat melalui;
·         Penggunaan insek, reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk mengendalikan hama atau dikenal musuh alami hama, seperti Tricogama sp., sebagai musuh alami dari parasit telur dan parasit larva hama tanaman.
·         Menggunakan tanaman-tanaman “penangkap” hama, yang berfungsi sebagai pemikat (atraktan), yang menjauhkan hama dari tanaman utama.
·         Menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk menurunkan infeksi jamur, dalam upaya menurunkan kebutuhan terhadap fungsida sintetis.
·         Melakukan rotasi tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan hama setiap tahun.

2. Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput
Sistem pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat menurunkan biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan pula untuk memberikan waktu bagi pematangan pupuk organik. Areal peternakan yang dipadukan dengan rumput atau kebun buah-buahan dapat memiliki keuntungan ganda, antara lain ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk areal pertanian.

3. Konservasi Lahan
Beberapa metode konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi atau tidak melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh erosi angin maupun erosi air. Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi:
·         Menciptakan jalur-jalur konservasi.
·         Menggunakan dam penahan erosi.
·         Melakukan penterasan.
·         Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah.

4. Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah
Konservasi dan perlindungan sumberdaya air telah menjadi bagian penting dalam pertanian. Banyak diantara kegiatan-kegiatan pertanian yang telah dilaksanakan tanpa memperhatikan kualitas air. Biasanya lahan basah berperan penting dalam melakukan penyaringan nutrisi (pupuk anoraganik) dan pestisida. Adapun langkah-langkah yang ditujukan untuk menjaga kualitas air, antara lain;
·         Mengurangi tambahan senyawa kimia sintetis ke dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) yang dapat mencuci hingga muka air tanah (water table).
·         Menggunakan irigasi tetes (drip irrigation).
·         Menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air.
·         Melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak untuk mencegah peningkatan racun akibat aliran air limbah pertanian yang terdapat pada peternakan intensif.

5. Tanaman Pelindung
Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir musim panen tanaman sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk menekan pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, dan meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.

6. Diversifikasi Lahan dan Tanaman
Bertanam dengan memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian dapat mengurangi kondisi ekstrim dari cuaca, hama penggangu tanaman, dan harga pasar. Peningkatan diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain seperti pohonpohon dan rumput-rumputan, juga dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi lahan, habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga yang bermanfaat. Beberapa langkah kegiatan yang dilakukan;
·         Menciptakan sarana penyediaan air, yang menciptakan lingkungan bagi katak, burung dan binatang-binatang lainnya yang memakan serangga dan insek.
·         Menanam tanaman-tanaman yang berbeda untuk meningkatkan pendapatan sepanjang tahun dan meminimalkan pengaruh dari kegagalan menanam sejenis tanaman saja.

7. Pengelolaan Nutrisi Tanaman
Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi tanah dan melindungi lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya nutrisi di lahan pertanian, seperti pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan (leguminosa) sebagai penutup tanah dapat mengurangi biaya pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk organik yang bisa digunakan antara lain:
·         Pengomposan
·         Penggunaan kascing
·         Penggunaan Pupuk Hijauan (dedaunan)
·         Penambahan nutrisi pada tanah dengan emulsi ikan dan rumput laut.

8. Agroforestri (wana tani)
Agroforestri merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen, dimana tanaman semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotasi membentuk suatu tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk melindungi tanah dari hempasan air hujan. Sistem ini akan memberikan keuntungan baik secara ekologi maupun ekonomi. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan system agroforestri ini antara lain:
·         Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman musiman dan tanaman-tanaman tahunan.
·         Dapat dicegah terjadinya serangan hama secara total yang sering terjadi pada tanaman satu jenis (monokultur).
·         Keanekaan jenis tanaman yang terdapat pada sistem agroforestri memungkinkan terbentuknya stratifikasi tajuk yang mengisi ruang secara berlapis ke arah vertikal. Adanya struktur stratifikasi tajuk seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena energi kinetik air hujan setelah melalui lapisan tajuk yang berlapis-lapis menjadi semakin kecil daripada energi kinetik air hujan yang jatuh bebas.

9. Pemasaran
Petani dan peternak mengakui bahwa meningkatkan pemasaran merupakan suatu langkah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Adapun cara yang dapat dikembangkan antara lain:
·         Pemasaran langsung melalui surat permintaan, pasar petani, restoran lokal, supermarket, dan kios-kios pasar tradisional.
·         Menggunakan bisnis usaha kecil produk lokal sebagai bahan mentah makanan olahan.

PROSPEK PERTANIAN ORGANIK
Di Indonesia sendiri, gaung pertanian organik sudah berkembang sekitar 10 tahun yang lalu, akan tetapi pemainnya dapat dihitung dengan jari (Trubus No. 363, 2000). Kemudian meningkat pesat sejak terjadi krisis moneter, dimana sebagian besar saprodi yang digunakan petani melonjak harganya berkali-kali lipat. Petani mulai melirik alternatif lain dengan model pertanian organik. Melalui proses adaptasi, pertanian organik mulai digeluti dan mendapat respon yang cukup baik, dengan ditandai oleh bermunculnya kelompok petani organik di berbagai daerah. Di Jawa Tengah, sentra pertanian organik terletak di Klaten, Yogyakarta, Karanganyar, Magelang, dan Kulonprogo. Di Jawa Barat; Bogor, Bandung dan Kuningan. Di Jawa Timur; Malang, serta beberapa daerah di Bali Meskipun pertanian organik ini masih sedikit diusahakan, akan tetapi pertumbuhannya sangat penting di dalam sektor pertanian. Sebagai gambaran, di Austria dan Switzerland menunjukkan bahwa kebutuhan pertanian organic diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen, sedangkan Amerika, Perancis, Jepang dan Singapura meningkat rata-rata 20 persen setiap tahun.

Permintaan akan produk-produk organik merupakan peluang dunia usaha baru baik untuk tujuan ekspor maupun kebutuhan domestik. Beberapa Negara berkembangpun mulai memanfaatkan peluang pasar ekspor produk organik ini terhadap negara maju, diantaranya buah-buah daerah tropik untuk industri makanan bayi ke Eropa, herbas Zimbabwe ke Afrika Selatan, kapas Afrika ke Uni Eropa, dan teh Cina ke Belanda dan kentang ke Jepang.

Umumnya, ekspor produk organik dijual dengan harga cukup tinggi, biasanya 20 persen lebih tinggi dari produk pertanian non-organik. Keuntungan pokok pertanian organik sangat bervariasi, dalam beberapa kajian ekonomi menyatakan bahwa pertanian organik memiliki akses nyata terhadap prospek jangka panjang.

Beberapa studi menunjukkan bahwa pertanian organik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tenaga kerja dibandingkan dengan pertanian konvensional. Terutama pada sistem pertanian organik melalui diversifikasi tanaman, perbedaan pola tanam dan jadwal tanam dapat mendistribusikan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan waktunya.

KENDALA
Beberapa kendala yang dihadapi dalam melakukan pertanian organik, diantaranya:
·         Adanya hama “transmigran” dari kebun yang nonorganik, sehingga produktivitas lahan menjadi semakin rendah.
·         Akibat rendahnya produksi tidak bisa mengimbangi permintaan pasar yang ada.
·         Dalam pertanian organik yang murni disyaratkan tanah relatif masih “perawan”, padahal penelitian menunjukkan bahwa tanah pertanian di Indonesia sudah jenuh fosfat.
·         Pasar terbatas, karena produk organik hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja.
·         Kedulitan menggantungkan pasokan dari alam. Pupuk misalnya, harus mengerahkan suplai kotoran ternak dalam jumlah besar dan kontinu.

PENUTUP
Pertanian organik merupakan salah satu teknologi alternatif yang memberikan berbagai hal positif, yang dapat diterapkan pada usaha tani produkproduk bernilai komersial tinggi dan tidak mengurangi produksi. Untuk menerapkan pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan, perlu dilakukan upaya:
·         Sosialisasi pemasyarakatan mengenai pentingnya pertanian yang ramah lingkungan
·         Penggalakkan konsumsi produk hasil pertanian organik.
·         Diperlukan lebih banyak kajian/penelitian untuk mendapatkan saprotan organik. Usaha tani yang berorientasi pasar global perlu menekankan aspek kualitas, keamanan, kuantitas dan harga bersaing.


DAFTAR PUSTAKA

FAO Committee on Agriculture (COAG). 1999. Based on Organic agriculture.

Outerbridge, P. B . 1991 Limbah Padat di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Trubus No. 363. 2000. Pertanian Organik. Yayasan Tani Membangun. Jakrta

Selasa, 28 Februari 2012

Indeks Tendensi Konsumen di Aceh 2011


Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi pada Oktober-Desember 2011 di Provinsi Aceh menyatakan kondisi optimis dengan nilai indeks 105,34.
Persepsi atas kondisi ekonomi yang optimis pada 2011 tetap didorong oleh faktor peningkatan pendapatan rumah tangga (indeks 105,38), diikuti pengaruh tingkat inflasi yang lebih rendah (indeks 108,04) sehingga tingkat konsumsi rumah tangga terhadap komoditi makanan dan bukan makanan meningkat (indeks 101,95).
Nilai ITK Provinsi Aceh dan tujuh provinsi lainnya di Sumatera pada triwulan IV-2011 berada di bawah nilai rata-rata ITK nasional (108,44). Hanya konsumen di Provinsi Kepulauan Riau (indeks 109,39) dan di Provinsi Riau (indeks 108,44) yang mempunyai kondisi ekonomi sama atau lebih kuat dibanding dengan kondisi ekonomi nasional sekaligus tertinggi di Sumatera.
Persepsi rumah tangga terhadap perkiraan kondisi ekonomi di Provinsi Aceh pada triwulan I-2012 (Desember 2011-Februari 2012) menyatakan kondisi yang akan semakin optimis (indeks 105,96).
Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan I-2012 didorong oleh peningkatan perkiraan pendapatan rumah tangga (indeks 107,22) dan diikuti dengan rencana pembelian barang-barang tahan lama (indeks 103,33).
Tujuh provinsi di Sumatera mempunyai perkiraan kondisi ekonomi berada di bawah perkiraan ekonomi nasional termasuk Provinsi Aceh yang menduduki peringkat kedelapan dan Provinsi Bengkulu pada posisi terbawah (indeks 104,46). Sebaliknya, Provinsi Bangka Belitung (indeks 109,61), Provinsi Sumatera Utara (indeks 108,48) dan Provinsi Kepulauan Riau (108,20) merupakan provinsi yang mempunyai nilai tertinggi dan di atas rata-rata nasional.

Keadaan Ketenagakerjaan di Aceh Agustus 2011


Jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh pada Agustus 2011 mencapai 2,001 juta orang, berkurang sekitar 68 ribu orang dibanding jumlah angkatan kerja pada Februari 2011 sebesar 2,069 juta orang atau bertambah sekitar 62 ribu orang dibanding Agustus 2010 sebesar 1,939 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Aceh pada Agustus 2011 mencapai 1,852 juta orang, berkurang sekitar 46 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan pada Februari 2011 sebesar 1,898 juta orang, atau bertambah sekitar 76 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2010 sebesar 1,776 juta orang.
Jumlah penganggur pada Agustus 2011 mengalami penurunan sekitar 22 ribu orang dibandingkan dengan keadaan Februari 2011 yaitu dari 171 ribu orang pada Februari 2011 menjadi 149 ribu orang pada Agustus 2011, dan juga mengalami penurunan sebesar 13 ribu orang dibandingkan keadaan Agustus 2010 sebesar 162 ribu orang.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Agustus 2011 mencapai 7,43 persen, lebih rendah 0,84 persen dari TPT bulan Februari 2011 sebesar 8,27 persen, dan lebih rendah 0,94 persen dari TPT bulan Agustus 2010 sebesar 8,37 persen.
Situasi ketenagakerjaan pada bulan Agustus 2011 ditandai dengan meningkatnya jumlah pekerja di beberapa sektor. Sektor yang mengalami peningkatan dengan jumlah tertinggi dibandingkan dengan keadaan Agustus 2010 adalah sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan. Sedangkan sektor yang mengalami penurunan jumlah tenaga kerja tertinggi adalah sektor Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi.
Dari sisi gender, TPT perempuan pada Agustus 2011 mencapai 8,50 persen lebih tinggi 1,70 persen dibandingkan TPT laki-laki sebesar 6,80 persen.


Inflasi di Aceh Januari 2012


Pada bulan Januari 2012 di Kota Banda Aceh terjadi inflasi sebesar 0,02 persen dan di Kota Lhokseumawe juga terjadi inflasi yaitu sebesar 1,00 persen sehingga secara agregat di Provinsi Aceh terjadi inflasi sebesar 0,50 persen.
Inflasi yang terjadi di Kota Banda Aceh secara umum disebabkan oleh kenaikan harga pada Kelompok Bahan Makanan dengan inflasi sebesar 0,60 persen diikuti oleh Kelompok Makanan Jadi dengan inflasi sebesar 0,08 persen dan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 0,05 persen. Sementara itu Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar mengalami deflasi sebesar 0,61 persen; Kelompok Sandang 0,12 persen; Kelompok Kesehatan deflasi 0,10 persen serta Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga deflasi sebesar 0,09 persen.
Laju inflasi tahun kalender 2012 di bulan Januari 2012 untuk Kota Banda Aceh adalah sebesar 0,02 persen, Kota Lhokseumawe 1,00 persen dan Aceh 0,50 persen. Sedangkan Inflasi "year on year" (Januari 2012 terhadap Januari 2011) untuk Kota Banda Aceh adalah sebesar 1,58 persen, Kota Lhokseumawe 2,75 persen dan Aceh 2,15 persen.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin 2004 - 2010


Tahun
Jumlah (Ribu Jiwa)
Persentase
Kota
Desa
Jumlah
Kota
Desa
Jumlah
2004
198,70
957,50
1.156,10
17,49
32,57
28,37
2005
222,90
943,50
1.166,40
19,04
32,60
28,69
2006
226,90
922,80
1.149,70
19,22
31,98
28,28
2007
218,80
864,70
1.083,60
18,68
29,87
26,65
2008
195,80
763,90
959,70
16,67
26,30
25,53
2009
182,20
710,70
892,90
15,44
24,37
21,80
2010
173,37
688,48
861,85
14,65
23,54
20,98

Penduduk yang Bekerja, Pengangguran, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kabupaten/Kota, Agustus 2010 (Hasil Sakernas)




Kabupaten/Kota

Penduduk 15 ke Atas
TPAK
TPT
Bekerja
Pengangguran
Angkatan Kerja
 Simeulue
29.253
4.084
33.337
63,72
12,55
 Aceh Singkil
36.816
3.781
40.597
64,15
9,31
 Aceh Selatan
73.027
9.337
82.364
58,87
11,34
 Aceh Tenggara
66.257
7.277
73.534
63,76
9,90
 Aceh Timur
141.694
9.258
150.952
64,20
6,13
 Aceh Tengah
90.740
2.374
93.114
79,06
2,55
 Aceh Barat
70.259
2.566
72.825
58,98
3,52
 Aceh Besar
133.060
17.462
150.522
61,22
11,60
 Pidie
157.827
12.915
170.742
64,89
7,56
 Bireuen
170.744
13.476
184.220
67,34
7,32
 Aceh Utara
187.124
27.417
214.541
59,94
12,78
 Aceh Barat Daya
48.989
3.202
52.191
58,90
6,14
 Gayo Lues
37.243
1.844
39.087
74,99
4,72
 Aceh Tamiang
98.075
8.563
106.638
63,62
8,03
 Nagan Raya
57.490
2.356
59.846
61,38
3,94
 Aceh Jaya
33.241
2.805
36.046
66,49
7,78
 Bener Meriah
62.910
1.447
64.357
78,31
2,25
 Pidie Jaya
54.939
3.387
58.326
63,09
5,81
 Banda Aceh
80.335
10.505
90.840
53,65
11,56
 Sabang
12.891
1.435
14.326
67,81
10,02
 Langsa
53.643
7.977
61.620
61,22
12,95
 Lhokseumawe
58.478
7.848
66.326
57,73
11,83
 Subulussalam
21.219
949
22.168
54,99
4,28
Provinsi Aceh
1.776.254
162.265
1.938.519
63,17
8,37