Pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya
yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat
diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian
dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan
yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas
produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan
akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap
lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997).
"Organic
agriculture is a holistic production management system which promotes and
enhances agro-ecosystem health, including biodiversity, biological cycles and
soil biological activity. It emphasises the use of management practices in
preference to the use of off-farm inputs (...) This is accomplished by using, where
possible, agronomic, biological, and mechanical methods, as opposed to using
synthetic materials, to fulfil any specific function within the system."
(FAO/WHO Codex
Alimentarius Commission, 1999). Pertanian organic merupakan salah satu bagian
pendekatan pertanian berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik
sistem pertanian, seperti tumpangsari (intercropping), penggunaan mulsa,
penanganan tanaman dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam
hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan
produktivitas tanah.
The
International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) menyatakan
bahwa pertanian organik bertujuan untuk: (1) menghasilkan produk pertanian
yang berkualitas dengan kuantitas memadai, (2) membudidayakan tanaman
secara alami, (3) mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam
ekosistem pertanian, (4) memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka
panjang, (5) menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan
teknik pertanian, (6) memelihara keragaman genetik sistem pertanian dan
sekitarnya, dan (7) mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih
luas dalam sistem usaha tani.
KONSEP
USAHA TANI ORGANIK
Keberhasilan
pembangunan pertanian selama ini telah memberikan dukungan yang sangat tinggi
terhadap pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia, namun demikian
disadari bahwa dibalik keberhasilan tersebut terdapat kelemahankelemahan yang
perlu diperbaiki. Produksi yang tinggi yang telah dicapai banyak didukung
oleh teknologi yang memerlukan input (masukan) bahan-bahan anorganik yang
tinggi terutama bahan kimia pertanian seperti pupuk urea, TSP/SP-36, KCl, pestisida,
herbisida, dan produk-produk kimia lainnya yang berbahaya bagi kesehatan
dengan dosis yang tinggi secara terus-menerus, terbukti menimbulkan banyak
pencemaran yang dapat menyumbang degradasi fungsi lingkungan dan perusakan
sumberdaya alam, serta penurunan daya dukung lingkungan.
Adanya
kesadaran akan akibat yang ditimbulkan dampak tersebut, perhatian masyarakat
dunia perlahan mulai bergeser ke pertanian yang berwawasan lingkungan. Dewasa
ini masyarakat sangat peduli terhadap alam dan kesehatan, maka muncullah
teknologi alternatif lain, yang dikenal dengan “pertanian organik”, “usaha tani
organik”, “pertanian alami”, atau “pertanian berkelanjutan masukan rendah”.
Pengertian tersebut pada dasarnya mempunyai prinsip dan tujuan yang sama, yaitu
untuk melukiskan sistem pertanian yang bergantung pada produk-produk
organik dan
alami, serta secara total tidak termasuk penggunaan bahan-bahan sintetik.
BEBERAPA
PENDEKATAN KEGIATAN YANG MENUNJANG PERTANIAN BERKELANJUTAN
Beberapa
kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam
meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka panjang,
meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat
pedesaan adalah sebagai berikut:
1.
Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian
Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk mengendalikan hama yang
dikombinasikan dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam
upaya untuk meminimalkan; biaya, kesehatan dan resiko-resiko lingkungan. Adapun
caranya dapat melalui;
·
Penggunaan insek,
reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk mengendalikan hama atau
dikenal musuh alami hama, seperti Tricogama sp., sebagai musuh alami
dari parasit telur dan parasit larva hama tanaman.
·
Menggunakan
tanaman-tanaman “penangkap” hama, yang berfungsi sebagai pemikat (atraktan),
yang menjauhkan hama dari tanaman utama.
·
Menggunakan drainase
dan mulsa sebagai metode alami untuk menurunkan infeksi jamur, dalam upaya
menurunkan kebutuhan terhadap fungsida sintetis.
·
Melakukan rotasi
tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan hama setiap tahun.
2.
Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput
Sistem
pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan memberikan
tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami
rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat menurunkan biaya
pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan pula untuk memberikan waktu
bagi pematangan pupuk organik. Areal peternakan yang dipadukan dengan
rumput atau kebun buah-buahan dapat memiliki keuntungan ganda, antara
lain ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk
areal pertanian.
3.
Konservasi Lahan
Beberapa metode
konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi atau tidak
melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh erosi angin
maupun erosi air. Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi:
·
Menciptakan
jalur-jalur konservasi.
·
Menggunakan dam
penahan erosi.
·
Melakukan penterasan.
·
Menggunakan
pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah.
4.
Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah
Konservasi dan
perlindungan sumberdaya air telah menjadi bagian penting dalam pertanian.
Banyak diantara kegiatan-kegiatan pertanian yang telah dilaksanakan tanpa
memperhatikan kualitas air. Biasanya lahan basah berperan penting dalam melakukan
penyaringan nutrisi (pupuk anoraganik) dan pestisida. Adapun langkah-langkah
yang ditujukan untuk menjaga kualitas air, antara lain;
·
Mengurangi tambahan
senyawa kimia sintetis ke dalam lapisan tanah bagian atas (top soil)
yang dapat mencuci hingga muka air tanah (water table).
·
Menggunakan irigasi
tetes (drip irrigation).
·
Menggunakan
jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air.
·
Melakukan penanaman
rumput bagi binatang ternak untuk mencegah peningkatan racun akibat aliran air
limbah pertanian yang terdapat pada peternakan intensif.
5.
Tanaman Pelindung
Penanaman
tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir musim panen tanaman
sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk menekan
pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, dan meningkatkan nutrisi
dan kualitas tanah.
6.
Diversifikasi Lahan dan Tanaman
Bertanam dengan
memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian dapat mengurangi kondisi
ekstrim dari cuaca, hama penggangu tanaman, dan harga pasar. Peningkatan
diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain seperti pohonpohon dan
rumput-rumputan, juga dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi lahan,
habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga yang bermanfaat. Beberapa
langkah kegiatan yang dilakukan;
·
Menciptakan sarana
penyediaan air, yang menciptakan lingkungan bagi katak, burung dan
binatang-binatang lainnya yang memakan serangga dan insek.
·
Menanam
tanaman-tanaman yang berbeda untuk meningkatkan pendapatan sepanjang tahun dan
meminimalkan pengaruh dari kegagalan menanam sejenis tanaman saja.
7.
Pengelolaan Nutrisi Tanaman
Pengelolaan
nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi tanah dan melindungi
lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya nutrisi di lahan pertanian,
seperti pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan (leguminosa) sebagai
penutup tanah dapat mengurangi biaya pupuk anorganik yang harus dikeluarkan.
Beberapa jenis pupuk organik yang bisa digunakan antara lain:
·
Pengomposan
·
Penggunaan kascing
·
Penggunaan Pupuk
Hijauan (dedaunan)
·
Penambahan nutrisi
pada tanah dengan emulsi ikan dan rumput laut.
8.
Agroforestri (wana tani)
Agroforestri
merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen, dimana tanaman semusim
maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotasi membentuk suatu tajuk
yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk melindungi tanah dari hempasan air
hujan. Sistem ini akan memberikan keuntungan baik secara ekologi maupun
ekonomi. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan system
agroforestri ini antara lain:
·
Dapat diperoleh secara
berkesinambungan hasil tanaman-tanaman musiman dan tanaman-tanaman tahunan.
·
Dapat dicegah
terjadinya serangan hama secara total yang sering terjadi pada tanaman satu
jenis (monokultur).
·
Keanekaan jenis
tanaman yang terdapat pada sistem agroforestri memungkinkan terbentuknya
stratifikasi tajuk yang mengisi ruang secara berlapis ke arah vertikal. Adanya
struktur stratifikasi tajuk seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan
air hujan, karena energi kinetik air hujan setelah melalui lapisan tajuk yang
berlapis-lapis menjadi semakin kecil daripada energi kinetik air hujan yang
jatuh bebas.
9.
Pemasaran
Petani dan
peternak mengakui bahwa meningkatkan pemasaran merupakan suatu langkah untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Adapun cara yang dapat dikembangkan
antara lain:
·
Pemasaran langsung
melalui surat permintaan, pasar petani, restoran lokal, supermarket, dan
kios-kios pasar tradisional.
·
Menggunakan bisnis
usaha kecil produk lokal sebagai bahan mentah makanan olahan.
PROSPEK
PERTANIAN ORGANIK
Di Indonesia
sendiri, gaung pertanian organik sudah berkembang sekitar 10 tahun yang lalu,
akan tetapi pemainnya dapat dihitung dengan jari (Trubus No. 363, 2000).
Kemudian meningkat pesat sejak terjadi krisis moneter, dimana sebagian besar
saprodi yang digunakan petani melonjak harganya berkali-kali lipat. Petani mulai
melirik alternatif lain dengan model pertanian organik. Melalui proses adaptasi,
pertanian organik mulai digeluti dan mendapat respon yang cukup baik, dengan
ditandai oleh bermunculnya kelompok petani organik di berbagai daerah. Di Jawa
Tengah, sentra pertanian organik terletak di Klaten, Yogyakarta, Karanganyar, Magelang,
dan Kulonprogo. Di Jawa Barat; Bogor, Bandung dan Kuningan. Di Jawa Timur;
Malang, serta beberapa daerah di Bali Meskipun pertanian organik ini masih
sedikit diusahakan, akan tetapi pertumbuhannya sangat penting di dalam sektor
pertanian. Sebagai gambaran, di Austria dan Switzerland menunjukkan bahwa
kebutuhan pertanian organic diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen,
sedangkan Amerika, Perancis, Jepang dan Singapura meningkat rata-rata 20 persen
setiap tahun.
Permintaan akan
produk-produk organik merupakan peluang dunia usaha baru baik untuk tujuan
ekspor maupun kebutuhan domestik. Beberapa Negara berkembangpun mulai
memanfaatkan peluang pasar ekspor produk organik ini terhadap negara maju,
diantaranya buah-buah daerah tropik untuk industri makanan bayi ke Eropa,
herbas Zimbabwe ke Afrika Selatan, kapas Afrika ke Uni Eropa, dan teh Cina ke
Belanda dan kentang ke Jepang.
Umumnya, ekspor
produk organik dijual dengan harga cukup tinggi, biasanya 20 persen lebih
tinggi dari produk pertanian non-organik. Keuntungan pokok pertanian organik
sangat bervariasi, dalam beberapa kajian ekonomi menyatakan bahwa pertanian
organik memiliki akses nyata terhadap prospek jangka panjang.
Beberapa studi
menunjukkan bahwa pertanian organik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah
tenaga kerja dibandingkan dengan pertanian konvensional. Terutama pada sistem
pertanian organik melalui diversifikasi tanaman, perbedaan pola tanam dan
jadwal tanam dapat mendistribusikan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan
waktunya.
KENDALA
Beberapa
kendala yang dihadapi dalam melakukan pertanian organik, diantaranya:
·
Adanya hama
“transmigran” dari kebun yang nonorganik, sehingga produktivitas lahan menjadi
semakin rendah.
·
Akibat rendahnya
produksi tidak bisa mengimbangi permintaan pasar yang ada.
·
Dalam pertanian
organik yang murni disyaratkan tanah relatif masih “perawan”, padahal
penelitian menunjukkan bahwa tanah pertanian di Indonesia sudah jenuh fosfat.
·
Pasar terbatas, karena
produk organik hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja.
·
Kedulitan
menggantungkan pasokan dari alam. Pupuk misalnya, harus mengerahkan suplai
kotoran ternak dalam jumlah besar dan kontinu.
PENUTUP
Pertanian organik
merupakan salah satu teknologi alternatif yang memberikan berbagai hal positif,
yang dapat diterapkan pada usaha tani produkproduk bernilai komersial tinggi
dan tidak mengurangi produksi. Untuk menerapkan pertanian ramah lingkungan dan
berkelanjutan, perlu dilakukan upaya:
·
Sosialisasi
pemasyarakatan mengenai pentingnya pertanian yang ramah lingkungan
·
Penggalakkan konsumsi
produk hasil pertanian organik.
·
Diperlukan lebih
banyak kajian/penelitian untuk mendapatkan saprotan organik. Usaha tani yang
berorientasi pasar global perlu menekankan aspek kualitas, keamanan, kuantitas
dan harga bersaing.
DAFTAR
PUSTAKA
FAO Committee
on Agriculture (COAG). 1999. Based on Organic agriculture.
Outerbridge, P.
B . 1991 Limbah Padat di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Trubus No. 363.
2000. Pertanian Organik. Yayasan Tani Membangun. Jakrta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar